MAKALAH TUTORIAL KELOMPOK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
DI SUSUN OLEH :
1.
I
MADE ARTHIKA (130100442)
2.
DESKY
EKAWATI W (130100409)
3.
NOVITASARI
(130100421)
4.
BENI
EKA F (130100426)
5.
HENDI
SUHADAQ (130100431)
6.
SHERLY APRILIA (130100432)
7.
SUKRI
IMAMUDDIN (130100437)
8.
VITA
NOVIANTI (130100447)
9.
NURUL
HAKIKI (130100452)
10. RIDWAN (130100457)
11. NISA AGUSTINA (130100462)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES ALMA ATA YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaiku wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT, tuhan
seluruh alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang profesionalism. Serta Sholawat dan salam
buat Utusan Allah SWT. Muhammad SAW. “Allahumasolia’ala saydana Muhammad wa’ala
alimuhammad”.
Makalah dengan judul “KOMUNIKASI
TERAPEUTIK” dibuat, untuk memenuhi tugas Block Komunikasi yaitu dari dosen
pengampu Block, ibu Army Najmuna, S.Kep.,Ns. Selain dari pada itu, harapan
penulis para pembaca dapat mengambil hikmah yang terdapat di dalam makalah ini.
Dan kemungkinan masih banyak terdapat
kekurangan ataupun kelemahan didalam penyusunan makalah ini sehingga
jauh dari kesempurnaan, Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta,
Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR
ISI..................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN............................................................................................................
A.Latar
Belakang.....................................................................................................................
B.Tujuan ..................................................................................................................................
C.Manfaat.................................................................................................................................
BAB
II KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................................................................
A.Kasus
tutorial.......................................................................................................................
B.Pembahasan..........................................................................................................................
C. Menganalisis
kasus..............................................................................................................
Step 1
Kata-kata
sulit dan pengertiannya
Step 2 Identifikasi masalah
Step 3 Analisa Masalah...............................................................................................
Step 4 Menentukan Main
Maping..............................................................................
Step 5 Merumuskan
Learning Kasus..........................................................................
Step 6 Belajar Mandiri.................................................................................................
Step 7 Menjawab LO Sesuai
literatur.........................................................................
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................
A.
Kesimpulan.........................................................................................................................
B.
Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di dalam prakteknya, seorang perawat
menjalankan perannya berdasar pada keilmuan mengenai keperawatan. Diantaranya
adalah Konsep Komunikasi Terapeutik. Keprofesionalan seorang perawat merupakan
salah satu aspek yang wajib dimiliki karena perawat merupakan suatu profesi
yang dalam melakukan pekerjaanya didasari oleh adanya ilmu pengetahuan yang
dimiliki serta memiliki kode etik profesi yang diatur dalam undang-undang.
Perawat bukan lagi pekerjaan yang berada dibawah tindakan dokter. dalam
perkembangannya dan perjalan yang panjang, keperawatan telah diakui sebagai salah
satu profesi. seorang perawat yang telah lulus dalam pendidikan keperawatan
tidak harus bekerja di lingkup yang sempit seperti klinik atau rumah sakit,
tetapi juga dapat berperan sebagai educator, reseacher, consultant dan
lain-lain. walaupun dari setiap peran yang dijalankan tidak terlepas dari hak
dan kewajiban perawat serta tetap berada di bawah perlindungan hukum
keperawatan.
B.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui berbagai macam
komunikasi
2.
Untuk mengetahui komponen-komponen dalam
komunikasi
3.
Untuk mengetahui tentang komunikasi
terapeutik
4.
Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi
terapeutik
5.
Untuk mengetahui langkah-langkah yang
harus di lakukan dalam komunikasi terapeutik
C.
MANFAAT
1. Agar
mahasiswa lebih paham dengan konsep komunikasi terapeutik
2. Agar
mahasiswa mengetahui tata cara berkomunikasi dengan pasien atau klien
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui komponen yang ada dalam komunikasi
BAB II
KASUS PEMBAHASAN
A. KASUS
Sita adalah seorang perawat komunitas.
Saat ini perawat sita sedang merencanakan upaya promotif berupa pendidikan
kesehatan dengan beberapa sasaran, yakni pada anak-anak sekolah, remaja, dewasa
dan lansia pada wilayah binaanya. Untuk memperlancar upaya tersebut perawat
sita merancang komunikasi publik yang efektif dengan mempertimbangkan elemen
lain dalam proses komunikasi nantinya serta hal-hal yang dapat mempengaruhi
proses tersebut, sehingga dalam pelaksanaanya nanti dapat berjalan dengan baik
dan tercipta komunikasi terapeutik. Hal penting yang juga harus di
pertimbangkan adalah bahwa komunikasi harus di sesuaikan dengan sasaranya. Ns.
Sita sedang menyusun langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi yang
efektif sesuai dengan jenjang umur dan kelompok khusus.
B. ANALISIS KASUS
a)
Step I
Ø Kata
sulit dan pengertiannya
1.
Terapeutik : suatu hubungan yang
mempunyai sifat menyembuhkan (mengatasi penyakit), hubungan dengan pengobatan.
2.
Perawat komunitas : perawat masyarakat,
perawat yang klien/pasiennya berupa kelompok atau masyarakat.
3.
Upaya promotif : usaha untuk mengenalkan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat tahu bahwa kesehatan itu
penting.
4.
Efektif : jelas, memberikan hasil yang
optimal.
5.
Komunikasi : pembicaraan, suatu proses
informasi yang di sampaikan ke oarang lain melalui simbol, tanda, tingkah laku,
saling bertukar pendapat satu sama lain yang membentuk suatu organisasi atau group atau kelompok.
6.
Sasaran : titik tinjau, obyek yang di
tuju.
7.
Jenjang umur : tingkatan usia, dari bayi
hingga lansia.
8.
Elemen : lapisan, bagian dari suatu
struktur , tahap-tahap berkomunikasi.
9.
Kelompok khusus : kelompok yang di
utamakan.
10.
Proses : langkah-langkah untuk mencapai
suatu yang menempuh jarak yang lama dan berturut-turut.
11.
Lansia : seseorang yang sudah tua yang
memiliki usia di antara 50 tahun ke atas.
12.
Wilayah binaan : suatu wilayah yang
membutuhkan pengetahuan tentang kesehatan atau yang bermasyarakat yang baik dan
tetap atau daerah yang sedang memberikan informasi mengenai suatu penegtahuan
baru.
13.
Publik : masyarakat umum yang mudah dan
dapat pengetahuan tentang kesehatan yang baik, khalayak ramai.
b)
Step 2
Ø Identifikasi masalah
1. Bagaimana
caranya perawat berkomunikasi dengan masyarakat atau klien,?
2. Langkah-langkah
yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif,?
3. Tujuan
komunikasi terapeutik,?
4. Mengapa
Ns. Sita harus menyesuaikan komunikasinya sesuai dengan jenjang umur dan
kelompok,?
5. Bagaimana
karakteristik seorang perawat agar terjadi hubungan terapeutik,?
6. Apa
upaya yang di rencanakan Ns. Sita ,?
7. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi proses komunikasi,?
8. Apa
saja komunikasi yang di gunakan Ns. Sita ,?
9. Apa
saja komponen yang harus di pertimbangkan oleh Ns. Sita agar komunikasi dapat
tersampaikan dengan efektif ,?
c) Step
3
Ø Analisis
masalah
1. Cara berkomunikasi dengan klien:
a. Sopan, bertata krama, dan menyesuaikan kepada siapa kita
berkomunikasi dengan cara sopan yang di dalamnya harus mempelajari
karakteristik, sosial dan budaya masyarakat yang bersifat ilmiah.
2. Langkah-langkah komunikasi :
a.
Yakinkan yang
akan di komunikasikan
b.
Gunakan bahasa
yang jelas dan dapat di mengerti
c.
Membina
kepercayaan dan
d.
Berikan
informasi sesuai dengan tingkat pendidikan audience
3. Tujuan komunikasi terapeutik :
a.
Agar apa yang
di sampaikan atau di promosikan dapat di terima dengan baik
b.
Saling membagi
fikiran, perasaan, dan berlaku untuk membentuk komunitas yang terapeutik
berorientasi pada masa sekarang
c.
Membentuk
upaya agar informasi yang di sampaikan oleh Ns. Sita dapat di terima dengan
mudah oleh sasaran
d.
Agar seseorang
bisa mengetahui secara langsung tentang cara penyembuhan penyakit untuk mempermudah
penyampaian upaya promotif yang berupa pendidikan kesehatan.
4. Menyesuaikan komunikasi dengan jenjang umur dan
kelompok :
a. Supaya yang di sampaikan dapat di terima atau
dicerna dengan baik oleh anak-anak, remaja, dewasa, lansia ataupun kelompok
b. Karena pada setiap
kelompok atau setiap jenjang umur memiliki kemampuan
komunitas yang berbeda-beda
c. Supaya Ns. Sita
dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat di
terima oleh masyarakat
5. Karakteristik seorang perawat :
a.
Kejujuran
b.
Tidak
membingungkan dalam artian menggunakan kata-kata yang mudah di terima
c.
Bersikap
positif
d.
Mampu melihat
permasalahan menerima klien apa adanya
e.
Sensitif
terhadap perasaan klien
f.
Tidak mudah
terpengaruh kehidupan masalalu klien
6. Upaya perencanaan :
a.
Masalah
kepercayaan
b.
Bergerak
memberikan informasi
c.
Di upayakan
warga mampu menerima informasi dan mempertanggung jawabkanya
d.
Memepertahankan
7. Elemen-elemn dalam komunikasi :
a.
Situasi dan
kondisi
b.
Jenjang umur
c.
Kerangka
pengetahuan yang akan di sampaikan
d.
Tidak
menggunakan bahasa yang baik
e.
Perbedaan adat
istiadat
8. Macam-macam komunikasi :
a.
Komunikasi
publik
b.
Komunikasi
interpersonal
c.
Komunikasi
personal
9. Komponen-komponen komunikasi :
a.
Komunikan
b.
Komunikator
c.
Media
d.
Informasi yang
di sampaikan
d) step
4 : Main mapping
e) step
5
Ø
membuat LO
1.
pengertian komunikasi terapeutik
2.
tujuan komunikasi terapeutik
3.
langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang
efektif
4.
apa saja komunikasi yang di gunakan Ns. Sita
5.
apa saja komponen yang harus di pertimbangkan oleh Ns. Sita agar
komunikasi dapat di sampaikan dengan efektif
f) step
6 : belajar mandiri
C.
MEMBAHAS
LO SESUAI LITERATUR
1. Pengertian
komunikasi terapeutik
ü Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang di rencanakan secara sadar bertujuan dan kegiatan dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. (Christina 2013 komunikasi kebidanan EGC, Jakarta)
ü Komunikasi terapeutik adalah
hubungan intervensi dimana perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama serta memperbaiki pengalaman,emosional,klien yang negative. (sieh A
louisek dan brenti,1997 )
ü Komunikasi terapeutik adalah
sebagai bentuk komunikasi yang di rencanakan untuk meningkatkan kesejahteraan
pasien atau menghilangkan
distrespsikologi ( supartini yupi ,2004 Ajar Konsep Dasar Keperawatan
Anak. EGC, Jakarta)
ü Komunikasi terapeutik adalah
suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien yang selama interaksi
berlangsung,perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan
pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan klien. ( Videback,Shella I
2008,Ajar Keperawatan Jiwa,EGC,Jakarta)
ü Menurut stuart G.W dalam
ibadurokhman(2007): komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara
perawat dank lien dalam hubungan ini perawat dank lien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.( Sharif La
ode,2012 Konsep Dasar Keperawatan,Nuhamedika,Yogyakarta)
ü Komunikasi terapeutik adalah
proses penyampaian pesan,makna dn pemahaman perawat untuk memfasilitasi proses
penyembuhan pasien.( Arita Murwani dan Istichomah,2009,Komunikasi Terapeutik
Panduan Bagi Perawat,Fitrama,Yogyakarta.)
2.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Kumunikasi terapeutik bertujuan untuk
mengembangkan peribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan di
arahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
a. Realisasi
diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita
penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia
tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami ganguan gambaran diri, penurunan
harga diri, merasa tidak berarti, dan pada akhirnya merasa putus asa dan
depresi.
b. Kemampuan
membina hubungan interpersonal yang ttidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain. Menurut Hibdon (2000), melalui komunikasi terapeutik klien belajar
bagaimana menerima dan di terima oleh orang lain. Dengan komunikasi terbuka,
jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemempuan
klien dalam membina hubungan saling percaya.
c. Peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapain tujuan yang
realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tingi
tampa mengukur kemampuannya.
d. Rasa
identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang
mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya
diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri
yang jelas. (Sharif La Ode, 2012 Konsep Dasar Keperawatan, Nuhamedika
Yogyakarta)
3.
Langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif :
v .
Tahap pra interaksi
Tahap
ini di sebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu
kemampuan yang dimiliki sebeluk kontak/berhubungan dengan klien termasuk
kondisi kecemasan yang menyelimuti diri perawat terdapat dua unsur yang perlu
dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri
dan unsure dari klien.
Hal-hal
yang dipelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut.
·
Pengetahuan
yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien.
Pengetahuan
yang dimiliki perawat akan kondisi klien dipakai sebagai bekal dalam
berinteraksi sehingga ketika perawat belum menguasai penyakit dan keluhan
klien, maka perawat perlu belajar dulu atau diskusi dengan teman sejawat,
atasan, maupun dengan lainnya sehingga ketika perawat hadir secara fisik di
hadapan klien, perawat sudah siap untuk berinteraksi. Pengusaan materi yang
akan didiskusikan mutlak sangat diperlukan dalam berdiskusi dengan klien.
·
Kecemasan
dan ketakutan diri
Kecemasan yang dialami
seseorang dapat memengaruhi interaksinya dengan orang lain (ellis, Gates,
Kenworthy dalam suryani, 2006). Konsentrasi menjadi pecah, tidak mampu
memfokuskan diri pada pembicaraan yang actual serta tidak mampu mengendalikan
diri. Untuk perawat sebelum berinteraksi dengan klien harus mengeplorasi
perasaan, harapan, harapan, dan kecemasan.
Kecemasan
yang dialami oleh perawat mengakibatkan perawat tidak
mampu mendengarkan keluhan yang diutarakan klien dengan baik.
Hal ini merupakan persyaratan yang mutlak untuk dapat mengerti
keluhan klien karena penggunaan active listening sangat dibutuhkan
untuk mengerti keluhan klien. Perasaan-perasaan negative
yang sering timbul saat akan berkomunikasi dengan klien
antara lain: ditolak klien, ragu akan kemampuan yang dimiliki,
ragu akan menanggapi respons klien, tidak terbangunnya hubungan
rasyani, 2006). Demikian diri sendiri seperti masalah pribadi
yang akan mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang sedang dijalankan.
Perawat
harus mampu membedakan masalah pribadi dan menjalankan
profesi. Ketika berada dalam lingkungan pelayanan keperawatan,
tentunya masalah pribadi dan akan ditentukan sesuai criteria
lasification. P klien disesuaikan dengan
harapan klien itu sendiri,
dengan demikian, harapan yang akan ditentukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang memenuhi kriteria Nursing
Outcame
Clasification.
·
Analisis
kekuatan diri.
Dalam diri seseorang
terdapat kelebihan dan kekurangan. Sebelum kontak dengan klien, perawat perlu
menganalisis kelemahannya dan menggunakan kekuatannya untuk berinteraksi dengan
klien. Analisis kelemahan dalam rangka mencari solusi yang terbaik saat sebelum
berinteraksi dengan klien.
Kesadaran
untuk mengakui kelemahan menumbuhkan minat untuk
mencari alternative alternative koping dalam mengatasi permasalahannya
sendiri. Analisis dalam konteks berkomunikasi dengan
orang lain terutama pada aspek kekuatan mental. Pada diri
dengan mudah terpengaruh ataupu mudah emosional akan memengaruhi
proses komunikasi. Dengan mudah marah, maka perawat
akan mudah kehilangan kendali ketika ada klien yang rewel.
·
Waktu
pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan.
v Tahap Orientasi
Pada tahap
orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yang di rasakan oleh klien dan
di validasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan
diagnosis keperawatan.
Tugas perawat
pada tahap orientasi ini meliputi hal-hal berikut:
a. Membina rasa saling percaya,
menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat
pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta
mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik
komunikasi pertanyaan terbuka.
d.
Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini
merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara
perawat dan klien.
v Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari
keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya
perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan
dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal
dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu
klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari
penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat
diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan
ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama
(Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan
pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan
benar-benar dipahami oleh perawat.
v Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari
pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir
dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak
waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini
adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald
(1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah
didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan
cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap
interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan
dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan
dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.
4.
Apa Saja Komunikasi yang digunakam ners Sita ?
1. Intrapersonal
communication
Bentuk respon diri seseorang terhadap sesuatu hal, apa
yang orang
tersebut lihat, dengar,
maupun yang dirasakan,
termasuk dalam proses
pengambilan keputusan. Beberapa kalangan menilai hal ini sebagai aktivitas
internal monolog bukan sebagai sebuah proses komunikasi (Asante, 1979).
Fungsi:
Untuk mengembangkan
kreatifitas, imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta
meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.
2. Interpersonal
Communication
Interpersonal Communication adalah
komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam kondisi muka antar muka.
Komunikasi interpersonal didefinisakan
oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Copmmunicationtau book”.
(Devito.1889: 4) sebagai “proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara
dua orang atau di antara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik secara seketika ”
Fungsi: Meningkatkan hubungan insani (human relations),
menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
3. Public
Communication
Suatu proses dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikan
berada dalam situasi
tatap muka di depan khlayak yang lebih besar.
Fungsi:
Menumbuhkan semangat
kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik
dan menghibur.
(Kuliah
Selasa, 22 Oktober 2013 “Konsep Komunikasi” Defi Isfanti, S. I. P)
4. Mass
Communication
Berlangsung secara massal, dimana sumbernya biasanya
berasal dari suatu lembaga tertentu dan ditujukan kepada khalayak umum secara
massal, dan biasanya menggunakan alat-alat tertentu misalnya radio, televisi,
maupun surat kabar.
Fungsi:
informasi, sosialisasi, motivasi, bahan diskusi, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan, dan fungsi integrasi.
(Kuliah
Selasa, 22 Oktober 2013 “Konsep Komunikasi” Defi Isfanti, S. I. P)
5. Komponen- komponen dalam
Komunikasi Terapeutik :
A. Komunikator
Adalah individu atau kelompok yang
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain
(komunikan). Fungsi komunikatpr / sumber adalah penyampaikan dan mengirim pesan
sehingga pesan dapat diterjemahkan secara lengkap dan sesuai yang diharapkan .
Syarat
komunikator yang baik :
a.
Memiliki
tujuan dalam melakukan komunikasi
b.
Memiliki
pengetahuan yang memadai tentang pesan yang disampaikan
c.
Memiliki
keterampilan yang memadai untuk membangun hubungan/relasi
Untuk
menyampaikan pesan, komunikator harus melakukan pengkodean terhadap pesan yang
dimaksud (enkoding) sedemikian rupa, sehingga pesan yang ingin disampaikan
dapat diterima secara efektif oleh
komunikan. Bentuk pengkodean (encoding) meliputi penggunaan kata-kata (verbal),
bahasa tubuh (body language), mimik muka (vacial expression), gerakan tubuh
tertentu, atau penggunaan nota dan tulisan .
B. Komunikan
Adalah
individu , kelompok, atau massa yang diharapkan menerima pesan yang disampaikan
oleh komunikator atau sumber.
Syarat
komunikan yang baik :
a.
Memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk menangkap dan menerjemahkan pesan.
b.
Memiliki
cukup atensi untuk menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c.
Memiliki
keterampilan untuk merespon pesan yang disampaikan.
Pada proses penerimaan pesan,
setelah pesan disampaikan melalui saluran yang ditangkap oleh panca indera,
pesan segera di persepsikan / diartikan komunikan melalui penerjemahan kode
(decoding). Proses penerimaan pesan memerlukan pengetahuan , atensi , pengalama
masa lalu , dan pemahaman terhadap situasi/konteks yang ada.
C. Pesan
Adalah produk aktual dari
sumber/komunikator. Isi pesan dapat berupa ide/gagasan, perintah, informasi,
dan ungkapan perasaan. Pesan yang efektif adalah pesan yang dapat dipahami
(decodable) oleh komunikan secara utuh dan tidak menimbulkan bias atau distorsi
pesan. Pesan yang disampaikan pada proses komunikasi mungkin tidak dapat
ditangkap dengan utuh oleh komunikan. Dipersepsikan secara kliru oleh komunikan
(terdistorsi) atau bahkan tiudak dapat ditangkap sama sekali oleh komunikan.
Syarat
pesan yang baik :
a.
Sesuai
konteks (situasi komunikasi)
b.
Singkat
dan jelas
c.
Menggunakan
saluran yang mudah dipahami oleh komunikator dan komunikan
d.
Memungkinkan
pengulangan dan penugasan pesan
D. Saluran
Adalah media yang dipilih untuk
menyampaikan pesan, melalui panca indera sehingga mencapai sasaran (komunikan).
Saluran dapat merupakan media lisan dengan target indera pendengaran, media
tulisan berupa gambar, peta, simbol, gerakan tubuh, mimik wajah dengan target
indera penglihatan, ataupun media sentuhan (menggenggam tangan, mengusap)
dengan target indera peraba. Penggunaan saluran yang tepat memungkinkan
penyampaian pesan yang optimal.
Syarat-syarat
saluran yang baik:
a.
Dipahami/dimengerti
oleh komunikator dan komunikan
b.
Meminimalkan
kesalahan persepsi
c.
Menggunakan
teknik yang merangsang lebih dari satu indera : misalnya, mengajar dengan
menggunakan suara, gambar, dan gerakan tubuh (peragaan).
E. Umpan
balik
Adalah reaksi atau respon
komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator. Dengan umpan balik,
komunikator dapat mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan telah diterima
dengan baik oleh komunikan. Umpan balik menunjukan proses kognitif, efektif,
dan psikomotor yang dialami komunikan
setelah mendapat pesan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi dapat di simpulkan bahwa di dalam
makalah ini berisi tentang pembelajaran yang di dalamnya berisi tentang
komunikasi terapeutik yang penting bagi perawat karena dalam komunikasi
tersebut ada prosedur yang harus di patuhi dan di jalankan oleh seorang perawat
supaya dapat melakukan komunikasi dengan baik dan dapat di terima oleh pasien
atau klien.
B.
Saran
Sebaiknya dalam makalah ini dapat di
tambahkan berbagai pengetahuan tentang komunikasi terapeutik yang dapat
menambah pengetahuan dan menambah pengalaman bagi perawat yang bisa di contoh
untuk praktek keseharianya.
DAFTAR
PUSTAKA
Christina
,2013 komunikasi kebidanan EGC,
Jakarta
Supartini yupi ,2004 Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC,
Jakarta
Videback,Shella I 2008,Ajar Keperawatan Jiwa,EGC,Jakarta
Arita Murwani dan
Istichomah,2009,Komunikasi Terapeutik
Panduan Bagi Perawat,Fitrama,Yogyakarta.
Suryani.2005. Komunikasi
Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC