Subscribe:

Jumat, 29 November 2013

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

MAKALAH TUTORIAL KELOMPOK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK






                                                                                                                                                       



DI SUSUN OLEH :
1.      I MADE ARTHIKA             (130100442)
2.      DESKY EKAWATI W        (130100409)
3.      NOVITASARI                      (130100421)
4.      BENI EKA F                         (130100426)
5.      HENDI SUHADAQ              (130100431)
6.      SHERLY  APRILIA            (130100432)
7.      SUKRI IMAMUDDIN         (130100437)
8.      VITA NOVIANTI                (130100447)
9.      NURUL HAKIKI                 (130100452)
10.  RIDWAN                               (130100457)
11.  NISA AGUSTINA                (130100462)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES ALMA ATA YOGYAKARTA
2013/2014




KATA PENGANTAR

 Assalamualaiku wr.wb.
          Segala puji bagi Allah SWT, tuhan seluruh alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang profesionalism. Serta Sholawat dan salam buat Utusan Allah SWT. Muhammad SAW. “Allahumasolia’ala saydana Muhammad wa’ala alimuhammad”.
          Makalah dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK” dibuat, untuk memenuhi tugas Block Komunikasi yaitu dari dosen pengampu Block, ibu Army Najmuna, S.Kep.,Ns. Selain dari pada itu, harapan penulis para pembaca dapat mengambil hikmah yang terdapat di dalam makalah ini. Dan kemungkinan masih banyak terdapat  kekurangan ataupun kelemahan didalam penyusunan makalah ini sehingga jauh dari kesempurnaan, Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
         Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

                                                                                         

Yogyakarta,    Oktober 2013
                                                                                        
                                                                                                       Penulis












DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR  ISI..................................................................................................................................
BAB  1  PENDAHULUAN............................................................................................................
       A.Latar Belakang.....................................................................................................................
       B.Tujuan ..................................................................................................................................
       C.Manfaat.................................................................................................................................
BAB II  KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................................................................
       A.Kasus  tutorial.......................................................................................................................
       B.Pembahasan..........................................................................................................................
       C. Menganalisis kasus..............................................................................................................
                 Step 1 Kata-kata sulit dan pengertiannya
                 Step 2 Identifikasi masalah
                   Step 3 Analisa  Masalah...............................................................................................
                   Step 4 Menentukan  Main  Maping..............................................................................
                   Step 5 Merumuskan Learning  Kasus..........................................................................
                   Step 6 Belajar Mandiri.................................................................................................
                   Step 7  Menjawab LO Sesuai literatur.........................................................................

BAB  III  PENUTUP.......................................................................................................................
A.     Kesimpulan.........................................................................................................................
B.     Saran...................................................................................................................................
DAFTAR  PUSTAKA.....................................................................................................................





BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG                              
          Di dalam prakteknya, seorang perawat menjalankan perannya berdasar pada keilmuan mengenai keperawatan. Diantaranya adalah Konsep Komunikasi Terapeutik. Keprofesionalan seorang perawat merupakan salah satu aspek yang wajib dimiliki karena perawat merupakan suatu profesi yang dalam melakukan pekerjaanya didasari oleh adanya ilmu pengetahuan yang dimiliki serta memiliki kode etik profesi yang diatur dalam undang-undang. Perawat bukan lagi pekerjaan yang berada dibawah tindakan dokter. dalam perkembangannya dan perjalan yang panjang, keperawatan telah diakui sebagai salah satu profesi. seorang perawat yang telah lulus dalam pendidikan keperawatan tidak harus bekerja di lingkup yang sempit seperti klinik atau rumah sakit, tetapi juga dapat berperan sebagai educator, reseacher, consultant dan lain-lain. walaupun dari setiap peran yang dijalankan tidak terlepas dari hak dan kewajiban perawat serta tetap berada di bawah perlindungan hukum keperawatan.
B. TUJUAN
1.      Untuk mengetahui berbagai macam komunikasi
2.      Untuk mengetahui komponen-komponen dalam komunikasi
3.      Untuk mengetahui tentang komunikasi terapeutik
4.      Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik
5.      Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus di lakukan dalam komunikasi terapeutik
C. MANFAAT
1.      Agar mahasiswa lebih paham dengan konsep komunikasi terapeutik
2.      Agar mahasiswa mengetahui tata cara berkomunikasi dengan pasien atau klien
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui komponen yang ada dalam komunikasi







BAB II
KASUS PEMBAHASAN
A.    KASUS
Sita adalah seorang perawat komunitas. Saat ini perawat sita sedang merencanakan upaya promotif berupa pendidikan kesehatan dengan beberapa sasaran, yakni pada anak-anak sekolah, remaja, dewasa dan lansia pada wilayah binaanya. Untuk memperlancar upaya tersebut perawat sita merancang komunikasi publik yang efektif dengan mempertimbangkan elemen lain dalam proses komunikasi nantinya serta hal-hal yang dapat mempengaruhi proses tersebut, sehingga dalam pelaksanaanya nanti dapat berjalan dengan baik dan tercipta komunikasi terapeutik. Hal penting yang juga harus di pertimbangkan adalah bahwa komunikasi harus di sesuaikan dengan sasaranya. Ns. Sita sedang menyusun langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi yang efektif sesuai dengan jenjang umur dan kelompok khusus.

B.      ANALISIS KASUS
a)      Step I
Ø  Kata sulit dan pengertiannya

1.      Terapeutik : suatu hubungan yang mempunyai sifat menyembuhkan (mengatasi penyakit), hubungan dengan pengobatan.
2.      Perawat komunitas : perawat masyarakat, perawat yang klien/pasiennya berupa kelompok atau masyarakat.
3.      Upaya promotif : usaha untuk mengenalkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat tahu bahwa kesehatan itu penting.
4.      Efektif : jelas, memberikan hasil yang optimal.
5.      Komunikasi : pembicaraan, suatu proses informasi yang di sampaikan ke oarang lain melalui simbol, tanda, tingkah laku, saling bertukar pendapat satu sama lain yang membentuk suatu organisasi  atau group atau kelompok.
6.      Sasaran : titik tinjau, obyek yang di tuju.
7.      Jenjang umur : tingkatan usia, dari bayi hingga lansia.
8.      Elemen : lapisan, bagian dari suatu struktur , tahap-tahap berkomunikasi.
9.      Kelompok khusus : kelompok yang di utamakan.
10.  Proses : langkah-langkah untuk mencapai suatu yang menempuh jarak yang lama dan berturut-turut.
11.  Lansia : seseorang yang sudah tua yang memiliki usia di antara 50 tahun ke atas.
12.  Wilayah binaan : suatu wilayah yang membutuhkan pengetahuan tentang kesehatan atau yang bermasyarakat yang baik dan tetap atau daerah yang sedang memberikan informasi mengenai suatu penegtahuan baru.
13.  Publik : masyarakat umum yang mudah dan dapat pengetahuan tentang kesehatan yang baik, khalayak ramai.

b)     Step 2
Ø  Identifikasi masalah
1.      Bagaimana caranya perawat berkomunikasi dengan masyarakat atau klien,?
2.      Langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif,?
3.      Tujuan komunikasi terapeutik,?
4.      Mengapa Ns. Sita harus menyesuaikan komunikasinya sesuai dengan jenjang umur dan kelompok,?
5.      Bagaimana karakteristik seorang perawat agar terjadi hubungan terapeutik,?
6.      Apa upaya yang di rencanakan Ns. Sita ,?
7.      Hal-hal yang dapat mempengaruhi proses komunikasi,?
8.      Apa saja komunikasi yang di gunakan Ns. Sita ,?
9.      Apa saja komponen yang harus di pertimbangkan oleh Ns. Sita agar komunikasi dapat tersampaikan dengan efektif ,?

c)      Step 3
Ø  Analisis masalah
1.      Cara berkomunikasi dengan klien:
a.       Sopan, bertata krama, dan menyesuaikan kepada siapa kita berkomunikasi dengan cara sopan yang di dalamnya harus mempelajari karakteristik, sosial dan budaya masyarakat yang bersifat ilmiah.

2.      Langkah-langkah komunikasi :
a.       Yakinkan yang akan di komunikasikan
b.      Gunakan bahasa yang jelas dan dapat di mengerti
c.       Membina kepercayaan dan
d.      Berikan informasi sesuai dengan tingkat pendidikan audience

3.      Tujuan komunikasi terapeutik :
a.       Agar apa yang di sampaikan atau di promosikan dapat di terima dengan baik
b.      Saling membagi fikiran, perasaan, dan berlaku untuk membentuk komunitas yang terapeutik berorientasi pada masa sekarang
c.       Membentuk upaya agar informasi yang di sampaikan oleh Ns. Sita dapat di terima dengan mudah oleh sasaran
d.      Agar seseorang bisa mengetahui secara langsung tentang cara penyembuhan penyakit untuk mempermudah penyampaian upaya promotif yang berupa pendidikan kesehatan.



4.      Menyesuaikan komunikasi dengan jenjang umur dan kelompok :
a.      Supaya yang di sampaikan dapat di terima atau dicerna dengan baik oleh anak-anak, remaja, dewasa, lansia ataupun kelompok
                         b. Karena pada setiap kelompok atau setiap jenjang umur memiliki                                        kemampuan komunitas yang berbeda-beda
                         c. Supaya Ns. Sita dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat di                                               terima oleh masyarakat

5.      Karakteristik seorang perawat :
a.       Kejujuran
b.      Tidak membingungkan dalam artian menggunakan kata-kata yang mudah di terima
c.       Bersikap positif
d.      Mampu melihat permasalahan menerima klien apa adanya
e.       Sensitif terhadap perasaan klien
f.       Tidak mudah terpengaruh kehidupan masalalu klien

6.      Upaya perencanaan :
a.       Masalah kepercayaan
b.      Bergerak memberikan informasi
c.       Di upayakan warga mampu menerima informasi dan mempertanggung jawabkanya
d.      Memepertahankan

7.      Elemen-elemn dalam komunikasi :
a.       Situasi dan kondisi
b.      Jenjang umur
c.       Kerangka pengetahuan yang akan di sampaikan
d.      Tidak menggunakan bahasa yang baik
e.       Perbedaan adat istiadat

8.      Macam-macam komunikasi :
a.       Komunikasi publik
b.      Komunikasi interpersonal
c.       Komunikasi personal

9.      Komponen-komponen komunikasi :
a.       Komunikan
b.      Komunikator
c.       Media
d.      Informasi yang di sampaikan



d)      step 4 : Main mapping
e)      step 5
Ø  membuat LO
1.      pengertian komunikasi terapeutik
2.      tujuan komunikasi terapeutik
3.      langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif
4.      apa saja komunikasi yang di gunakan Ns. Sita
5.      apa saja komponen yang harus di pertimbangkan oleh Ns. Sita agar komunikasi dapat di sampaikan dengan efektif

f)       step 6 : belajar mandiri

C.    MEMBAHAS  LO  SESUAI LITERATUR
1.      Pengertian komunikasi terapeutik
ü  Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di rencanakan secara sadar bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. (Christina 2013 komunikasi kebidanan EGC, Jakarta)

ü  Komunikasi terapeutik adalah hubungan intervensi dimana perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman,emosional,klien yang negative. (sieh A louisek dan brenti,1997 )


ü  Komunikasi terapeutik adalah sebagai bentuk komunikasi yang di rencanakan untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan  distrespsikologi ( supartini yupi ,2004 Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta)

ü  Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung,perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan klien. ( Videback,Shella I 2008,Ajar Keperawatan Jiwa,EGC,Jakarta)


ü  Menurut stuart G.W dalam ibadurokhman(2007): komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dank lien dalam hubungan ini perawat dank lien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.( Sharif La ode,2012 Konsep Dasar Keperawatan,Nuhamedika,Yogyakarta)
ü  Komunikasi terapeutik adalah proses penyampaian pesan,makna dn pemahaman perawat untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien.( Arita Murwani dan Istichomah,2009,Komunikasi Terapeutik Panduan Bagi Perawat,Fitrama,Yogyakarta.)

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
          Kumunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan peribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan di arahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
a.    Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami ganguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti, dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.
b.    Kemampuan membina hubungan interpersonal yang ttidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Menurut Hibdon (2000), melalui komunikasi terapeutik klien belajar bagaimana menerima dan di terima oleh orang lain. Dengan komunikasi terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemempuan klien dalam membina hubungan saling percaya.
c.    Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapain tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tingi tampa mengukur kemampuannya.
d.   Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. (Sharif La Ode, 2012 Konsep Dasar Keperawatan, Nuhamedika Yogyakarta)

3. Langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif :
v  . Tahap pra interaksi
Tahap ini di sebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebeluk kontak/berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri perawat terdapat dua unsur yang perlu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri dan unsure dari klien.


Hal-hal yang dipelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut.
·         Pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien.
Pengetahuan yang dimiliki perawat akan kondisi klien dipakai sebagai bekal dalam berinteraksi sehingga ketika perawat belum menguasai penyakit dan keluhan klien, maka perawat perlu belajar dulu atau diskusi dengan teman sejawat, atasan, maupun dengan lainnya sehingga ketika perawat hadir secara fisik di hadapan klien, perawat sudah siap untuk berinteraksi. Pengusaan materi yang akan didiskusikan mutlak sangat diperlukan dalam berdiskusi dengan klien.

·         Kecemasan dan ketakutan diri
Kecemasan yang dialami seseorang dapat memengaruhi interaksinya dengan orang lain (ellis, Gates, Kenworthy dalam suryani, 2006). Konsentrasi menjadi pecah, tidak mampu memfokuskan diri pada pembicaraan yang actual serta tidak mampu mengendalikan diri. Untuk perawat sebelum berinteraksi dengan klien harus mengeplorasi perasaan, harapan, harapan, dan kecemasan.

                                 Kecemasan yang dialami oleh perawat mengakibatkan perawat                                tidak mampu mendengarkan keluhan yang diutarakan klien dengan                                baik. Hal ini merupakan persyaratan yang mutlak untuk dapat                                mengerti keluhan klien karena penggunaan active listening sangat                               dibutuhkan untuk mengerti keluhan klien. Perasaan-perasaan                                negative yang sering timbul saat akan berkomunikasi dengan                                klien antara lain: ditolak klien, ragu akan kemampuan yang                                dimiliki, ragu akan menanggapi respons klien, tidak terbangunnya                                hubungan rasyani, 2006). Demikian diri sendiri seperti masalah                                pribadi yang akan mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan                                tindakan keperawatan yang sedang dijalankan.

                               Perawat harus mampu membedakan masalah pribadi dan                                menjalankan profesi. Ketika berada dalam lingkungan pelayanan                                keperawatan, tentunya masalah pribadi dan akan ditentukan sesuai                                  criteria lasification.  P klien disesuaikan dengan harapan klien itu                                sendiri, dengan demikian, harapan yang akan ditentukan sesuai                                dengan tindakan keperawatan yang memenuhi kriteria Nursing                               Outcame Clasification.



·         Analisis kekuatan diri.
Dalam diri seseorang terdapat kelebihan dan kekurangan. Sebelum kontak dengan klien, perawat perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan kekuatannya untuk berinteraksi dengan klien. Analisis kelemahan dalam rangka mencari solusi yang terbaik saat sebelum berinteraksi dengan klien.

                                  Kesadaran untuk mengakui kelemahan menumbuhkan minat                                   untuk mencari alternative alternative koping dalam mengatasi                                   permasalahannya sendiri. Analisis dalam konteks berkomunikasi                                   dengan orang lain terutama pada aspek kekuatan mental. Pada                                   diri dengan mudah terpengaruh ataupu mudah emosional akan                                   memengaruhi proses komunikasi. Dengan mudah marah, maka                                   perawat akan mudah kehilangan kendali ketika ada klien yang                                   rewel.

·         Waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan.



v  Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yang di rasakan oleh klien dan di validasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan diagnosis keperawatan.


Tugas perawat pada tahap orientasi ini meliputi hal-hal berikut:
a.       Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.

b.      Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.

c.       Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.

d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
     Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan                        ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi      hubungan terapeutik antara perawat dan klien.



v  Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.

v  Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

1.      Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.

2.      Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.


3.      Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.




4. Apa Saja Komunikasi yang digunakam ners Sita ?
1.      Intrapersonal communication
Bentuk respon diri seseorang terhadap sesuatu hal, apa yang orang tersebut lihat, dengar, maupun yang dirasakan, termasuk dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa kalangan menilai hal ini sebagai aktivitas internal monolog bukan sebagai sebuah proses komunikasi (Asante, 1979).
Fungsi: Untuk mengembangkan kreatifitas, imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.

2.      Interpersonal Communication
Interpersonal Communication adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam kondisi muka antar muka.
Komunikasi interpersonal didefinisakan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Copmmunicationtau book”. (Devito.1889: 4) sebagai “proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika ”
Fungsi: Meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

3.      Public Communication
Suatu proses dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikan berada dalam situasi tatap muka di depan khlayak yang lebih besar.

Fungsi: Menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur.
(Kuliah Selasa, 22 Oktober 2013 “Konsep Komunikasi” Defi Isfanti, S. I. P)


4.      Mass Communication
Berlangsung secara massal, dimana sumbernya biasanya berasal dari suatu lembaga tertentu dan ditujukan kepada khalayak umum secara massal, dan biasanya menggunakan alat-alat tertentu misalnya radio, televisi, maupun surat kabar.

Fungsi: informasi, sosialisasi, motivasi, bahan diskusi, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan, dan fungsi integrasi.
(Kuliah Selasa, 22 Oktober 2013 “Konsep Komunikasi” Defi Isfanti, S. I. P)

5. Komponen- komponen dalam Komunikasi Terapeutik     :
A.     Komunikator
            Adalah individu atau kelompok yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain (komunikan). Fungsi komunikatpr / sumber adalah penyampaikan dan mengirim pesan sehingga pesan dapat diterjemahkan secara lengkap dan sesuai yang diharapkan .
Syarat komunikator yang baik :
a.       Memiliki tujuan dalam melakukan komunikasi
b.      Memiliki pengetahuan yang memadai tentang pesan yang disampaikan
c.       Memiliki keterampilan yang memadai untuk membangun hubungan/relasi

Untuk menyampaikan pesan, komunikator harus melakukan pengkodean terhadap pesan yang dimaksud (enkoding) sedemikian rupa, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat  diterima secara efektif oleh komunikan. Bentuk pengkodean (encoding) meliputi penggunaan kata-kata (verbal), bahasa tubuh (body language), mimik muka (vacial expression), gerakan tubuh tertentu, atau penggunaan nota dan tulisan .



B.     Komunikan
Adalah individu , kelompok, atau massa yang diharapkan menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator atau sumber.
Syarat komunikan yang baik :
a.       Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menangkap dan menerjemahkan pesan.
b.      Memiliki cukup atensi untuk menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
c.       Memiliki keterampilan untuk merespon pesan yang disampaikan.
           Pada proses penerimaan pesan, setelah pesan disampaikan melalui saluran yang ditangkap oleh panca indera, pesan segera di persepsikan / diartikan komunikan melalui penerjemahan kode (decoding). Proses penerimaan pesan memerlukan pengetahuan , atensi , pengalama masa lalu , dan pemahaman terhadap situasi/konteks yang ada.

C.     Pesan
           Adalah produk aktual dari sumber/komunikator. Isi pesan dapat berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan ungkapan perasaan. Pesan yang efektif adalah pesan yang dapat dipahami (decodable) oleh komunikan secara utuh dan tidak menimbulkan bias atau distorsi pesan. Pesan yang disampaikan pada proses komunikasi mungkin tidak dapat ditangkap dengan utuh oleh komunikan. Dipersepsikan secara kliru oleh komunikan (terdistorsi) atau bahkan tiudak dapat ditangkap sama sekali oleh komunikan.
Syarat pesan yang baik :
a.       Sesuai konteks (situasi komunikasi)
b.      Singkat dan jelas
c.       Menggunakan saluran yang mudah dipahami oleh komunikator dan komunikan
d.      Memungkinkan pengulangan dan penugasan pesan

D.     Saluran
Adalah media yang dipilih untuk menyampaikan pesan, melalui panca indera sehingga mencapai sasaran (komunikan). Saluran dapat merupakan media lisan dengan target indera pendengaran, media tulisan berupa gambar, peta, simbol, gerakan tubuh, mimik wajah dengan target indera penglihatan, ataupun media sentuhan (menggenggam tangan, mengusap) dengan target indera peraba. Penggunaan saluran yang tepat memungkinkan penyampaian pesan yang optimal.
Syarat-syarat saluran yang baik:
a.       Dipahami/dimengerti oleh komunikator dan komunikan
b.      Meminimalkan kesalahan persepsi
c.       Menggunakan teknik yang merangsang lebih dari satu indera : misalnya, mengajar dengan menggunakan suara, gambar, dan gerakan tubuh (peragaan).



E.     Umpan balik
Adalah reaksi atau respon komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator. Dengan umpan balik, komunikator dapat mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan telah diterima dengan baik oleh komunikan. Umpan balik menunjukan proses kognitif, efektif, dan psikomotor yang dialami komunikan  setelah mendapat pesan.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
         Jadi dapat di simpulkan bahwa di dalam makalah ini berisi tentang pembelajaran yang di dalamnya berisi tentang komunikasi terapeutik yang penting bagi perawat karena dalam komunikasi tersebut ada prosedur yang harus di patuhi dan di jalankan oleh seorang perawat supaya dapat melakukan komunikasi dengan baik dan dapat di terima oleh pasien atau klien.

B.     Saran
         Sebaiknya dalam makalah ini dapat di tambahkan berbagai pengetahuan tentang komunikasi terapeutik yang dapat menambah pengetahuan dan menambah pengalaman bagi perawat yang bisa di contoh untuk praktek keseharianya.



























                                       

                                       DAFTAR PUSTAKA

Christina ,2013 komunikasi kebidanan EGC, Jakarta
Supartini yupi ,2004 Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC,   Jakarta
Videback,Shella I 2008,Ajar Keperawatan Jiwa,EGC,Jakarta
Arita Murwani dan Istichomah,2009,Komunikasi Terapeutik Panduan Bagi Perawat,Fitrama,Yogyakarta.
Suryani.2005. Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC